Mahasiswa UI Rubah Museum Jadi Modern dengan Aplikasi “COMET”

Pengunung Comet museum saat praktekan CPR pada bayi
Beji, Depok Terkini

Guna menarik minat masyarakat untuk mengunjungi Museum, tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menciptakan sebuah terobosan teknologi rekayasa visual bernama Computer Mediated Reality atau disingkat COMET.

Penerapan COMET Museum dapat meningkatkan nilai fungsi museum menjadi semakin menarik karena mengkombinasikan audio, visual dan kinestetik sehingga pengunjung Museum terutama anak-anak lebih mudah memahami konten-konten edukasi didalamnya.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Muhammad Arifin Julian, Refanka Nabil Assalam, dan Irfan Budi Satria di bawah bimbingan Dosen Teknik Mesin UI Dr. Radon Dhelika.

Menurut Arifin selaku Ketua tim, munculnya ide berawal ketika melihat permainan aplikasi Pokemon-Go. Permainan ini sempat booming dan meraih 50 juta pengguna dalam waktu beberapa hari ini." Disitu kami melihat peluang sangat bagus terkait teknologi ini. Akhirnya kami tergerak untuk membuat media edukasi berteknologi rekayasa visual yang diimplementasikan pada objek museum karena masih tergolong sepi pengunjung.” kata Arifin, di Kampus UI, Depok, Rabu (29/08/2018)

COMET hadir dengan menggunakan teknologi bernama CMR (Computer Mediated Reality). CMR merupakan sebuah konsep teknologi yang dapat mengubah persepsi realitas dengan menambahkan atau mengurangkan dari pemandangan aslinya. Implementasi teknologi CMR pada Museum IMERI FKUI menyasar pada tiga fitur utama, diantaranya adalah pemandu museum berbasis Augmented Reality (dengan menghadirkan pemandu virtual pada setiap objek yang ada pada museum), edukasi anatomi jantung berbasis Virtual Reality dan edukasi CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) untuk pertolongan pertama henti jantung pada bayi berbasis Mixed Reality.

Dengan adanya aplikasi COMET ini, ujar Arifin,  maka pengunjung seolah-olah akan memasuki sebuah ruang virtual dengan model jantung yang secara langsung dapat diinteraksikan oleh pengguna serta dapat mempermudah pengguna mempelajari tentang anatomi pada jantung manusia. Demikian pula pada bagian edukasi CPR, para pengunjung akan dibawa untuk simulasi CPR yang dilengkapi dengan sensor sehingga simulasi mendekati keadaan sesungguhnya dan secara langsung dibantu dengan pemandu virtual yang muncul melalui smart glasses.

"Aplikasi COMET Museum ini diharapkan mampu meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap museum, sekaligus dapat membantu khalayak intelektual seperti pelajar, guru, dosen, maupun ahli dalam suatu bidang sebagai alat bantu belajar atau mengajar," tandas Arifin.(ndi)

Post a Comment

0 Comments