Sukmajaya, Depok Terkini
Proses pendidikan di sekolah dasar (SD) yang diikuti siswa bukan hanya menerima materi pendidikan formal, tetapi dilengkapi dengan materi pendidikan moral dan karakter serta agama. Sehingga anak didik bukan hanya cerdas dan pintar serta tangkas, tetapi memiliki jiwa yang penuh tanggung jawab, beretika, bertoleransi terhadap perbedaan dan kebinekaan yang ada di lingkungan sekolah mereka.
“Materi pelajaran formal sudah pasti siswa terima, tapi pendidikan lainnya sebagai bagian dari pembentukkan karakter juga mereka terima dan harus terus ditumbuh kembangkan. Mereka dididik untuk menghargai perbedaan dan keragaman suku, bahasa dan agama sehingga bisa bertoleransi terhadap kebinekaan yang ada,” kata Kepala SD Negeri Mekarjaya 26 Eklepina Jaolat yang ditemui seusai acara penutupan pesantren kilat (sanlat) Ramadan 1438 H di sekolahnya, baru-baru ini.
Salah satunya, lanjut Eklepina, di SD Negeri Mekarjaya 26 ini seluruh peserta didik mendapat pelajaran Agama Islam dan Agama Kristen. Termasuk melibatkan mereka dalam setiap kegiatan keagamaan, yang dilaksanakan dalam kegiatan hari-hari besar keagamaan seperti peringatan 1 Muharam, Maulid, Isra Miraj, Ramadan, Idul Fitri, Natal, Paskah dan hari-hari besar keagamaan lainnya.
“Seperti dalam pelaksanaan pesantren kilat (sanlat) Ramadan 1438 H ini, bukan hanya diikuti oleh siswa beragama Islam. Tetapi juga, pada acara penutupan sanlat diikuti oleh siswa beragama Kristen, ini untuk menumbuh kembangkan kebinekaan yang ada di lingkungan peserta didik,” tutur Eklepina yang juga memberikan reward kepada siswa kelas yang meraih nilai terbaik di UN 2016-2017 serta menyerahkan bingkisan Ramadan kepada siswanya yang yatim dan duafa.
Menurutnya, pengenalan adanya keragaman suku, agama, budaya, bahasa dan agama kepada peserta didik harus dilakukan sejak dini di mulai dari bangku SD ini. Kemudian semakin di pupuk untuk ditumbuh kembangkan di jenjang pendidikan lebih tinggi lagi, menjadi benteng kuat bagi jiwa mereka sebagai anak bangsa Indonesia yang menghargai perbedaan.
“Keaneka ramagan yang ada itu merupakan kekayaan Indonesia yang disatukan dalam Bhineka Tunggal, yang harus terus dipelihara selamanya,” pungkasnya.(ash)
0 Comments