Beji | Depok Terkini
Stroke merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti pola makan dan kebiasaan beraktivitas. Resiko stroke semakin meningkat pada individu dengan hipertensi tidak terkontrol, jarang memeriksa tekanan darah, tidak taat dengan diet dan pola hidup yang tidak sehat.
Stroke juga merupakan penyebab kematian tertinggi di wilayah perkotaan (15,9%) dan penyebab kematian kedua (11,5%) di wilayah perdesaan dari proporsi penyebab kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di Indonesia. Intervensi keperawatan pada pasien paska stroke ditujukan untuk mengurangi disabilitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Hal itu diungkapkan Doktor dalam Ilmu Keperawatan di lingkungan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Kelana Kusuma Dharma. Kelana menjelaskan bahwa peran keluarga dalam mendukung pasien pasca stroke sangat vital.
"Keluarga mampu bimbing pasien sehingga adaptasinya bagus, kualitas hidup optimal. Peran keluarga akan mendukung itu," paparnya di Kampus UI Depok, Selasa (12/5)
Menurutnya peran keluarga mampu membuat pasien lebih mandiri. Dalam penelitian yang ia lakukan di empat rumah sakit di luar Jakarta, dukungan keluarga yang optimal selama empat bulan, mampu membuat pasien stroke lebih mandiri.
"Memang saat penelitian kami menghadapi kendala, bahwa kami tekankan pasien dan keluarga bahwa dukungan keluarga membuat pasien mandiri di rumah akan kurangi beban keluarga. Penelitian ini 4 bulan efektif. Saya pernah menghadapi pasien sangat lemah sekali tadinya di kursi roda mulutnya miring, kini dapat mandiri," jelasnya.
Caranya dengan menunjuk satu orang keluarga yang akan berperan sebagai Care Giver dan dilatih. Menurut Kelana, cara itu akan mempengaruhi psikologis pasien menjadi mandiri lebih cepat.
"Care giver ditunjuk, akan terus dilatih. Keluarga kita dampingi saat awal. Kita mau lakukan mobilisasi pasien dimana pasien bisa BAB BAK sampai mandiri," tegasnya.
Indikator seorang pasien stroke menjadi mandiri, menurutnya ada empat hal. Pertama faktor fisiologis dimana pasien dapat melakukan mobilisasi aktifitas di rumah dengan keluarga maupun pakai alat. Pasien juga memiliki pandangan positif diri dan masa depan sebab banyak pasien stroke menarik diri dan depresi kehilangan pekerjaan.
"Pasien juga mampu melaksanakan peran baru dengan baik misalnya beralih kerja atau lainnya. Hubungan pasien dengan keluarga juga harus baik, sebab banyak yang kita lihat justru setelah sakit malah renggang, pasien marah - marah dan keluarga terbebani, karena itu hubungan keluarga dan pasien stroke harus terjalin dengan baik," tutupnya.
0 Comments