Pancoran Mas |
Depok Terkini
Akibat keterbatasan gedung sekolah lanjutan pertama (SMP)
negeri atau swasta, ratusan siswa lulusan sekolah dasar (SD) di Kecamtan
Pancoran Mas terancam tidak bisa melanjutkan sekolah. Sementara tiga SMP Negeri
yang ada di wilayah Pancoran Mas diprediksi tidak dapat menampung sebanyak 4.052
siswa lulusan SD.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan TK/SD
Kecamatan Pancoran Mas, Sukardjo membenarkan, berdasarkan data yang dimiliki
ternyata siswa kelas VI dari 60 sekolah dasar negeri dan swasta di kecamatan
Pancoran Mas yang akan mengikuti ujian
nasional (UN) tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 4052 siswa.” Daya tampung SMP
negeri dan swasta di wilayah Pancoran Mas sangat terbatas, sehingga diprediksi
ada ratusan siswa lulusan kelas enam berpotensi tidak akan dapat melanjutkan ke
SMP alias drop out,” kata Sukardjo, kemarin (9/12).
Tiga SMP negeri yang ada di Panmas yakni SMPN 1, SMPN 2
dan SMPN 19 masing-masing hanya hanya mampu menampung hingga 400 siswa lulusan
sekolah dasar tahun ajaran 2014/2015, sehingga total siswa yang terserap di
ketiga SMP negeri tersebut berjumlah 1.200 siswa.Sementara SMP swasta yang ada di wilayah Pancoran Mas,
menurut dia, bila diasumsikan daya tampung seluruh SMP swasta tersebut sebanyak
2.000 siswa, sehingga daya tampung SMP negeri dan swasta berjumlah 3.200 siswa.
Dan apabila tahun ini Dinas Pendidikan Kota Depok
mengizinkan beroperasinya SMP Negeri 20, katanya, berarti daya tampungnya tidak
berbeda dengan ketiga SMP negeri sebelumnya yakni maksimal 400 siswa, sehingga
lulusan tahun ajaran 2014/2015 nantinya tersisa sekitar 452 siswa.
“Dengan demikian siswa lulusan sekolah dasar tahun ajaran
2014/2015 yang masih tersisa alias tidak tertampung lagi di SMP negeri maupun
swasta berjumlah 400 ratusan orang.Ini berarti
tahun depan terdapat ratusan siswa lulusan sekolah dasar di wilayah
Pancoran Mas berpotensi drop out atau putus sekolah,” ungkapnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukannya, menurut dia,
yakni menggabungkan beberapa sekolah dasar negeri yang hanya sedikit jumlah
siswanya, atau mengoptimalkan gedung-gedung SDN untuk kegiatan belajar mengajar
SMP di siang hari.
Apabila tidak segera ditindaklanjuti, dia mengaku, khawatir setiap tahun siswa drop-out akibat
tidak tertampung di SMP akan semakin bertambah jumlahnya.”Padahal kita lagi
fokus menyukseskan program wajib belajar
12 tahun, bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi bola salju yang akan terus
menggelinding.Untuk itu mari kita semua harus mengatasi masalah ini,”
pungkasnya. (jay)