Beji | Depok Terkini
Pengamat teroris Universitas Indonesia (UI) Solahudin mengungkapkan
pendanaan teroris di Indonesia semakin mandiri atau independen. Ia menuturkan,
bila sebelumnya dana teroris bersumber dari Luar Negeri. Namun, saat ini
mereka mendapatkan dana dari lokal berupa perampokan, donatour dari
orang kaya dan lainnya. Dicontohkan, pada operasi latihan teroris
di Aceh pada 2010 seorang dokter menyerahkan bantuan sebesar Rp 400
juta pada Abu Bakar Baasir.
"Soal dana, teroris Indonesia sudah
independen. Bahkan, mereka melakukan Cyber Fai (perampokan via internet).
Seperti pembobol situs investasi Malaysia sampai Rp 7 milyar. Niat
awalnya untuk membiayai aksi teroris, namun keyakinannya goyah dan hanya
disumbangkan Rp 200 juta. Jadi, diantara teroris sendiri juga ada yang
korupsi,"ujar Solahudin dihadapan ratusan para alim Ulama pada acara
Silaturahmi Nasional tentang penguatan Aswaja dan Penanggulangan Terorisme
dalam Ketahanan Nasional. Pesantren Al-Hikam, Beji, Minggu (7/12).
Ia mengatakan meski mampu dalam penggalangan dana, aksi
teroris menurun. Menurutnya, kasus teroris empat tahun
belakangan meningkat secara kualitas dan menurun secara kualitas.
Solahudin menyebutkan, di tahun 2013 ada 21 serangan teror dan tahun 2014
sampai bulan Nopember angka teroris turun menjadi 5 kasus teror. Dia. mencontohkan,
sebelumnya bom bali sebanyak 200 orang meninggal, sedangkan saat ini yang
terbunuh hanya 3 orang pelaku bunuh diri sendiri dengan bom pipa yang tak
meledak. "Sekarang ini teroris Jihad di Indonesia bukan prioritas,
namun mereka melihat di Syiria lebih utama,"terang Kepala
Center For Terrorim and Social Conflict Studies UI itu.
Lebih lanjut dikatakan, pada malam tahun baru 2013 saat penangkapan
teroris jaringan Septi di ciputat, terungkap tujuannya untuk
membiayai jihad ke Syiria. Bahkan, lanjutnya, sampai saat ini 100 orang lebih
warga Indonesia ke syiria untuk bergabung ke ISIS dan Jabal
Nusro. "Kalau dulu musuhnya Amerika atau Far Enemy yang mentarget
kepentingan Barat. Namun, 3-4 tahun belakangan disebut
sebagai near enemy yaitu: Pemerintah, Polisi atau Anshorut Tauhid karena
menembak temannya. Mereka marah dengan aksi polisi. 300 teroris
ditangkap dan 70 orang ditembak mati, "tandasnya.
Menurutnya, mereka lebih banyak dan bergabung dengan Isis dibandingkan dengan
kelompok Jabal Nusro. Pasalnya, paling komitmen dalam Syariat Islam dan
adanya mesianisme. "Tapi, perlu diingat bahwa episentrum Isis di
Indonesia ada di penjara. Sebab, saat ini ada dua orang di penjara yaitu:Abu
Bakar Baasir dan kelompok Tauhid wal Jihad Aman Abdurrahma di Lp Nusa
Kambangan,"paparnya