Cilodong | Depok Terkini
Pemerintah Kota Depok menggelar seminar penganekaragaman pangan non beras kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil, pelajar, dan masyarakat di GOR Cilodong, Depok, kemarin.
Seminar yang bertemakan "Strategi Pengembangan Pangan Lokal sebagai Upaya Penganekaragaman Konsumsi Pangan Masyarakat Kota Depok" dibuka langsung Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, dan dewan ketahanan pangan nasional.
Kepala BMPK Kota Depok, Widiarti Riandini mengatakan, Seminar bertujuan mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat tentang aneka ragam pangan non beras. Upaya penganekaragaman pangan non beras dan terigu juga telah diadakan dalam berbagai lomba. Selain seminar, ada juga pameran aneka ragam pangan non beras dan terigu dari KRPL dan UMKM Kota Depok. “Semoga seminar ini bisa meningkatkan keanekaragaman konsumsi kita yang berbahan dasar non beras dan terigu,” harapnya.
Walikota yang juga Ketua Dewan Ketahanan Pangan Kota Depok mengatakan penganekaragaman pangan merupakan salah satu dari empat pilar ketahanan pangan secara nasional. Penganekaragaman juga merupakan salah satu dari tujuh poin yang harus ada dalam sistem ketahanan pangan nasional. Ada empat kegiatan penting yang harus dilakukan dalam ketahanan pangan nasional, yaitu: (1) Penyadaran dan Cadangan Makanan. Kita harus sadar bahwa di Depok tidak bisa menanam dan memproduksi. Karena 90% kebutuhan kita disuplai oleh orang lain. Karena itu pemberian bibit cabe dan tanaman obat keluarga (Toga) sebagai upaya mensyukuri lahan dan iklim tropis yang kita miliki, untuk memenuhi sebagaian kebutuhan pangan kita. “Orang Depok harus sadar dan kreatif untuk memilih pangan sehat yang berasal dari saudara kita sendiri (lokal),” ujar Nur Mahmudi.
Selanjutnya Distribusi dan Akses Makanan terdistribusi berjalan cepat, efisien, dan efektif. Akses informasi berjalan lancar dan tidak terprovokasi oleh isu kenaikan BBM. Kemudian Penganekaragaman dan Keamanan Pangan. Mulailah dari diri sendiri untuk mengganti karbohidrat, jangan selalu nasi, bisa singkong, jagung, dan lain sebagainya. Aman dari bahan pengawet. Bimbinglah para pedagang agar tidak menggunakan bahan yang membahayakan konsumen. Terakhir, Penanggulangan Kerawanan Pangan. Ini dapat diukur dari data konsumsi. Bila kurang dari standar, berarti rawan pangan. Di Depok, suplai makanan tak masalah (cukup)dan status gizi sudah dinyatakan tidak ada yang gizi buruk. Hal tersebut menandakan bahwa di Depok tidak terjadi kerawanan pangan.
Nur Mahmudi menegaskan di Depok tidak ada yang gizi buruk. Namun, kita harus masih terus berusaha mengentaskan gizi kurang yang masih ada di Depok. Gizi kurang berarti IMT dibawah 18 point. Untuk itu, para pendidik diharapkan untuk meenyarankan sarapan pagi, membawa bekal, menyediakan kantin sehat, dan membiasakan cuci tangan dengan air dan sabun kepada siswanya. “Semoga seminar ini bisa memberikan pemahaman tentang aneka jenis makanan non beras dan non terigu, yang dapat menjadi alternatif bagi kita,” harapnya.