Setu 7 muara atau setu gugur
seluas 18 hektar di wilayah perbatasan kelurahan Pasir Putih dan Kelurahan
Bedahan yang telah berubah fungsi menjadi daratan ternyata menyimpan mitos yang
menarik perhatian warga sekitar. Di area setu tersebut setiap malam pergantian
tahun sekitar pukul 23.30 hingga 00.30 WIB selalu muncul bola api dengan
warna-warni menarik seperti biru, kuning, dan merah mencuat dari tanah bekas
setu ke angkasa. Masyarakat setempat menamakan bola api tersebut dengan sebutan
“Braja. Munculnya Pancaran bola api itu dimitoskan masyarakat sekitar bila setu
7 muara mengeluarkan bola api maka akan ada bencana atau musibah yang akan
dialami pada tahun itu.”Pengertian musibah ini sangat luas, tidak hanya terjadi
di wilayah pasir putih tetapi bisa bersifat nasional,”kata Taqyudinn, warga
RW03, Kelurahan Bedahan, Depok.
Saat bola api mencuat, kata
Tagyudinn tidak semua warga yang menyaksikan dapat melihat pancaran sinar
tersebut. Munculnya bola api berkisar antar lima hingga 10 menit saja, setelah itu turun
lagi. Jadi, saat keluar bola api tidak diketahui dari sudut manapun, ada yang
lihat dan ada juga yang tidak.”tuturnya.
Bola api seperti ini juga
sering terjadi di wilayah jawa, namun kebanyakan muncul dari kerumunan pohon
bambu. Menurut dia, fenomena alam ini biasa terjadi namun oleh warga akhirnya
menjadi mitos..
Konon, kata Tagyudinn
setu 7 muara sempat menjadi tempat persinggahan prajurit kerajaan Siliwangi
saat akan menuju kanal (laut). Menurut cerita dari para sesepuh setempat bahwa
di tengah setu terdapat lempengan batu besar dan datar yang digunakan sebagai
tempat peristirahatan prajurit dan kuda-kudanya.”Menurut sesepuh disini , Batu
itu digunakan sebagai tempat singgah dan istirahat prajurit,”katanya.
Pada tahun 1964, setu tujuh
muara kembali gugur setelah sebelumnya mengalami hal yang sama tetapi berhasil
di perbaiki masyarakat. Setelah gugur (jebol) situ tersebut tidak lagi
diperbaiki dan didiamkan hingga kering. Akhirnya Batu besar yang berada
ditengah situ amblas terurug lumpur sedalam dua meter.”Batu besar itu sekarang
berada di dasar sungai dengan kedalaman dua meter, kalau kita colok dasar
sungainya sedalam dua meter akan terasa benturan keras di dasar sungai, itulah
batu besarnya,”ungkap Taqyudinn.
Lahan Setu Gugur yang
di kenal juga dengan sebutan situ Pasir Putih, kini telah menjadi
daratan. Namun di Lahan situ tersebut masih tersisa satu aliran sungai yang
bermuara ke pesanggrahan. Sebagian lahan setu juga telah di manfaatkan
warga sekitar untuk berkebun dengan ditanami berbagai macam tanaman seperti
papaya, jambu, dan pisang, bahkan ada juga yang membuat empang sebagai tempat
memelihara ikan. Namun sebagian lahan lagi di tenggarai telah dijual dan
telah berdiri bangunan rumah.
Untuk mencapai lokasi bekas
situ gugur atau situ Pasir Putih, bisa ditempuh melalui jalan beton sampai
menuju lokasi.
H.Cilut, mantan kepala desa
Pasir Putih menyatakan situ Pasir Putih mengalami jebol selama dua kali, oleh
karena sering jebol masyarakat akhirnya menyebut nama situ menjadi situ gugur. Namun
ia menyangkal kalau selama ini di area lahan situ gugur ada kejadian aneh
berupa munculnya bola api berwarna-warni setiap pergantian tahun nasional,”Selama
lima periode
menjabat sebagai kepala desa, saya tidak pernah melihat kejadian aneh di area
situ gugur. Semuanya biasa-biasa saja,”kata pria berumur 75 tahun ini.
Pemerintah Kota Depok berencana akan menormalisasikan kembali situ gugur atau Pasir Putih
seperti setu Pengasinan. Namun hingga saat ini semuanya masih dalam tahap kajian
dan hasilnya akan diserahkan ke pemerintah pusat.