KKP Raih Rekor MURI Budayakan Ikan Hias Pelangi di Dunia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) karena KKP berhasil membudidayakan ikan pelangi asal Papua secara massal. Ikan Kurumoi yang memiliki warna sangat indah hanya satu - satunya ada di Indonesia yakni di perairan Papua.  Jenis ikan pelangi tersebut telah populer dan dijual di mancanegara seperti Eropa dan Jepang.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Achmad Poernomo mengatakan dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia, 400 spesies diantaranya berasal dari Indonesia. Ikan hias yang hampir punah, kata Achmad, dapat dibudidayakan dan diproduksi massal."Contohnya budidaya ikan pelangi ini. Dimana ikan hias asli Indonesia ini berhasil dikembangkan dengan konsep budidaya yang ramah lingkungan," jelasnya dalam acara Rekreasi Edukasi Informasi Komunikasi Konservasi dan Atraksi di Balai Litbang Budidaya Ikan Hias, Jalan Perikanan, Depok, Kamis (6/11).

Acara tersebut merupakan ajang promosi, pengenalan, penyadaran publik, serta transfer IPTEK budidaya ikan hias yang ramah lingkungan mengangkat komoditas ikan hias nusantara.

Lebih lanjut Achmad mengatakan, kini ikan tersebut telah diproduksi secara massal hingga 126.000 ekor per tahun. Tak ayal, lnjutnya, secara ekonomi kegiatan usaha tersebut menguntungkan."Jika dikalkulasikan dengan harga pasar lojal ikan sebesar Rp 1000 per ekor, maka pembudidaya ikan pelangi akan mendaparkan penghasilan Rp 92juta per tahun. Belum lagi harga indukan bisa mencapai 7-14 dolar," jelas Achmad.

Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan pihaknya selalu bersinergi dengan KKP dalam pengembangan bibit ikan hias dan pelatihan para petani ikan. Ia pun berkomitmen menjadikan Depok Sentra Ikan Hias Nasional."Pelaku ikan hias coba adopsi perkembangan teknologi. Ikan hias punya potensi pasar. Ada 1500 rumah tangga perikanan di Depok dan 400 diantaranya bergerak di perekonomian ikan hias. Bisnis ikan hias makin pesat," ujar Nur Mahmudi.